CINTA TUHAN DI TEMPAT MATAHARI TERBIT
(Budy Munawar Rahman & AA Ismail)
Perkembangan tasauf dan tarekat di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
pesantren. Keduanya bagaikan ikan dengan air. Tetapi tidak semua pesantren
menjadi pusat pengembangan tarekat. Di Jawa, hanya ada empat pesantren yang
tergolong sebagai pusat perkembangan tarekat, satu diantaranya PP Suryalaya,
yang artinya "tempat matahari terbit". Sebuah pesantren di Kampung Godebag,
Tasikmalaya, Jawa Barat, yang sudah berumur lebih dari 90 th.
Pesantren yang didirikan oleh Syeh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad,
bergelar Mbah Sepuh, sejak berdiri memang diarahkan menjadi pusat
pengembangan Tariqat Qadiriah dan Naqsyabandiah. Dua buah tarekat ini pada
penghujung abad XX banyak diamalkan di Turki, Pakistan, Malaysia dan
Indonesia. Keduanya adalah tarekat mu'tabarah, yakni tarekat yang diakui
kebenarannya bersumber dari Quran dan Hadis.
Kata "tarekat" berasal dari bahasa Al-Quran, "thariqah", yang berarti jalan,
cara, metode. Ynag dimaksud di sini adalah metode/jalan mendekatkan diri
kepada Allah- taqarub ila Allah -- berupa amalan yang ditentukan dan
dicontohkan Rasulullah saw dan dikerjakan oleh para sahabat dan tabiin, dan
diturunkan secara turun temurun sampai pada guru-guru tarikat. Transmisi
rohaniah guru tarekat kepada guru yang lebih muda disebut "silsilah
tarekat". Sedangkan guru tarekat disebut "mursyid" yaitu orang yang mendapat
amanat untuk membimbing murid-murid dalam mendekatkan diri kepada Allah,
setelah mendapat ijazah atau "hirqah shufiah".
Tarekat adalah "the inner and asetoric dimension of Islam", suatu istilah
yang berpadanan dengan perkataan "al-bawathin" dalam literatur tasauf bahasa
Arab. Istilah ini sering dpertentangkan dengan "al-syari'ah" yang merupakan
dimensi luar ajaran Islam, yang sering disebut "al-zhawahir". kedua istilah
ini berarti jalan. namun thariqah berarti jalan kecil, sedang syari'ah
berarti jalan besar. Dua jalan ini harus dilalui dengan baik, dengan
mengamalkan keduanya secara seimbang agar ibadah benar-benar paripurna,
lahir dan batin.
Di PP Suryalaya, sejak masa Abah Sepuh hingga masa Abah Anom -- panggilan
akrab KHA Shahibullah Wafa Tajul Arifin, sesepuh pesantren -- sejal tahun
1956 sampai sekarang yangmenjadi amalan utama adalah dzikrullah: yaitu
dzikir kepada Allah dengan mengucapkan "laa ilaaha illallah", setiap
sembahyang minimal 165 kali. Namun diluar waktu sembahyangwajib pun tidak
dilarangm bahkan dianjurkan, terutama bagi mereka yang sedang mabuk, atau
hilang ingatan karena kecanduan narkotika. Dzikir yang satu ini disebut
"dzikr jahr", yakni dzikr yang diucapkan dengan suara keras. Sebaliknya
adalah "dzikr khafi", yaitu dzikr yang cukup diingat dalm hati.
Tarekat dzikir pertama (dzikir jahr) lazim deisebut tarekat Qadiriah,
sedangkan tarekat yang kedua (dzikir khafi) terkenal dengan Tarekat
Naqsyabandiah. Tarekat pertama dinisbahkan kepada seorang mursyid abad 12 M,
Syekh Abdul Qadir Jailani (w.1166 M), yang berada disilsilah no 19 dalam
Tarekat Qadiriah, setelah Imam Musa al-Kazhim, Ja'far as-Shadiq, Muhammad
al-Baqir, Zainal Abidin, Husain b Ali, Ali b Abi Thalib. Sementara yang
menduduki peringkat pertama adalah Rasulullah saw. sendiri. Nama-nama
mursyid tersebut hampir semuanya berasal dari ahl bait.
Sebenarnya bukan Syekh Abdul Qadir Jailani yang meberi nama tarekat dzikir
ini dengan namanya sendiri, tetapi seorang murid beliau yang paling dekat,
bahakn kemudian menjadi mursyid tarekat ini, yaitu Syekh Abdul Aziz ,
mursyid Qadiriah ke 20.
Nama tarekat ini tampaknya tidak begitu dipersoalkan oelh pihak pondok. yang
dipentingkan adalah amalan yang konseisten. Satu hal yang perlu dicatat
adalah bahwa tarekat ini sejak masa Syekh Abdul Aziz sampai masa KHA
Shahibul Wafa Tajul Arifin yang merupakan mursyid ke 37, tidak akan diganti
nama lain. Nama Qadiriah akan terus diabadikan, sebagai penghormatan
murid-murid tarekat ini kepada A. Qadir Jailani -- seorang yang dapat gelar
sulthan al-awliya, raja para kekasih Allah.
Adapun dzikir khafi mengacu pada pengamalan tarekat Naqsyabandiah, yaitu
tarekat yang dinisbahkan kepada Syekh Muhammad Buhauddin naqsyabandi
al-Uwaisi al-Bukhari (1296-1370 M) dari Bukhara, Soviet (dulu)
Di Suryalaya kedua tarekat ini dipadukan secara harmonis mejadi satu amalan
yang serasi, yaitu pengamalan dzikir jahr (tarekat Qadiriah) dan pengamalan
dzikr khafi (tarekat Naqsyabandiah). Tujuan kedua pengamalan mencakupdalam
sebaris doa yang selalu diucapkan oelh ikhwan (anggota persaudaran tarekat)
Suryalaya, yang berbunyi, "ilahi anta maqshudi wa ridhaka mathlubi a'thini
mahabbataka wa ma'rifataka" ( Ya Tuhanku, hanya Engkau-lah yang kumaksud,
dan keridhaan-Mu yang kucari. berilah kemampuan untuk bisa mencintai-Mu dan
ma'rifat kepadamu).
(Jurnal Ulumul Quran, vol.2, 1991)
sumber diambil dari http://soni69.tripod.com/Suryalaya.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar